Mu’aadh ibn Jabal Radhiallaahu Anhu berkata bahwa ketika Rasulullah Sallallaahu Alaihi Wasallam mengirimnya sebagai gubernur di Yaman telah bersabda, “Berhati-hatilah dari hidup dalam kesenangan dan bermewah mewahan, bagi seorang lelaki sholeh yang dekat kepada Allah janganlah hidup dalam kesenangan dan kemewahan” (Fadhilah Sedekah : 527)
Ketika mengirim Mu’aadh ibn Jabal Radhiallaahu Anhu ke Yaman sebagai gubernur, Rasulullah Sallallaahu Alaihi Wasallam menasihatinya untuk memerintahkan masyarakat mengerjakan Sholat dan membayar Zakat dan kemudian bersabda, “Apabila mereka membayar zakat, hindari mengambil apa yang terbaik dari milik mereka dan lindungilah dirimu dari kejahatan orang yang ditindas (dizhalimi), tidak ada penghalang (hijab) antara Allah Ta’ala terhadap do’a orang yang dizhalimi (Fadhilah Sedekah : 298)Ketika Rasulullah Sallallaahu Alaihi Wasallam mengutusnya ke Yaman, ia telah keluar bersamanya memberi nasihat, Mu’aadh Radhiallaahu Anhu menunggang kendaraannya dan Rasulullah Sallallaahu Alaihi Wasallam berjalan disebelah hewan tunggangannya. Kemudian setelah Beliau selesai memberikan nasihatnya, Beliau bersabda, “Mungkin, Mu’aadh, engkau tidak akan menjumpai aku setelah tahun ini, tapi mungkin, engkau akan melalui masjidku ini dan kuburku.” Mu’adh menahan tekanan perasaan kesedihannya akan kepergian Rasulullah Sallallaahu Alaihi Wasallam. Rasulullah Sallallaahu Alaihi Wasallam kemudian berpaling ke arah Madinah dan kemudian bersabda, “Yang paling hampir kepadaku adalah mereka yang sholeh siapapun mereka dan dimanapun mereka berada.” (Mishkaat)
Rasulullah Sallallaahu Alaihi Wasallam telah bersabda kepada Mu’aadh ketika dia dikirim ke Yaman, “Engkau akan pergi kepada orang-orang ahli kitab. Jadi, apabila engkau sampai di sana, ajak mereka untuk meyakini bahwa tiada sesuatu pun yang berhak di sembah kecuali Allah, dan Muhammad (Sallallaahu Alaihi Wasallam) adalah utusan-Nya. Dan apabila mereka mengikuti kamu, katakanlah bahwa Allah telah mewajibkan kepada mereka sholat lima waktu setiap hari siang dan malam, Dan apabila mereka mengikuti kamu katakanlah bahwa Allah mewajibkan kepada mereka untuk membayar Zakat yang akan diambil dari mereka yang kaya diantara mereka dan diberikan kepada yang miskin diantara mereka. Apabila mereka mengikutimu dalam hal itu , kemudian hindarilah dari mengambil apa yang tebaik dari milik mereka, dan takutlah terhadap dakwaan orang yang tertindas karena tidak ada hijab antara permohonannya dan Allah.”
Rasulullah (Sallallaahu Alaihi Wasallam) telah mengirim Abu Musa and Mu’adh ibn Jabal (Radhiallaahu Anhuma) ke Yaman. Beliau telah mengirim keduanya untuk mengontrol satu profinsi yang mana Yaman terdiri dari dua profinsi. Rasulullah Sallallaahu Alaihi Wasallam telah bersabda kepada mereka, “Mudahkan keperluan masyarakat dan jangan menjadikannya susah bagi mereka (lemah lembutlah kalian berdua terhadap masyarakat dan janganlah keras kepada mereka). Berikan kepada masyarakat penerimaan yang baik dan jangan menolak mereka”. Maka mereka pergi membawa tugas mereka masing-masing. Ketika salah satu dari mereka mengelilingi wilayah profinsi mereka dan telah berlaku berhampiran dengan daerah batas profinsi sahabatnya, ia akan mengunjungi dan menyambutnya. Suatu hari Mu’adh telah melakukan satu perjalanan berhampiran dengan (batas profinsi) sahabatnya, Abu Musa. Mu’adh telah datang menunggang hewan tunggangannya sehingga dia sampai ke dekat Abu Musa dan telah melihatnya sedang duduk, dan orang-orang berkumpul mengelilinginya. Lihatlah! Ada seorang lelaki yang telah diikat dengan tangan dibelakang lehernya. Mu’adh telah berkata kepada Abu Musa, “Wahai Abdullah ibn Qays! Apakah ini?” Abu Musa menjawab. “Lelaki ini telah kembali kafir setelah memeluk Islam”. Mu’adh berkata, “Saya tidak akan turun sehinggalah dia dibunuh”. Abu Musa menjawab, “Dia telah pun dibawa ke sini untuk tujuan tersebut, turunlah”. Mu’adh berkata, “Saya tidak akan turun sehingga dia dibunuh”. Maka Abu Musa memerintahkan untuk membunuh lelaki itu, dan lelaki itu lalu dibunuh. Kemudian Mu’adh turun dari kendaraannya dan telah berkata, “Wahai Abdullah (ibn Qays)! Bagaimanakah engkau membaca Al-Qur’an?” Abu Musa berkata, “Saya membaca Al_Qur’an secara tetap dalam waktu tertentu sebagan demi sebagian”. Bagaimana pula engkau membacanya, Mu’adh?” Mu’adh berkata, “Saya tidur dibagian pertama malam dan kemudian bangun setelah tertidur untuk jangka waktu yang ianya telah menghabiskan untuk tidurku dan kemudian saya membaca (Al-Qur’an) sebanyak mana Allah telah menuliskannya untukku. Sehingga aku mengharap ganjaran dari Allah untuk tidurku sebaik ibadahku (di malam hari)”.
Beberapa orang sahabat Mu’adh ibn Jabal telah berkata, “Ketika Rasulullah Sallallaahu Alaihi Wasallam merencanakan untuk mengirim Mu’adh ibn Jabal ke Yaman, Beliau telah bertanya, “Bagaimana engkau akan mengadili satu perkara ketika terjadi satu keadaan yang critical muncul?”. Dia menjawab, “Saya akan mengadili sesuai dengan Kitabullah”. Beliau (SAW) bertanya, “(Apa yang akan engkau lakukan) apabila ianya tidak engkau temui dalam Kitabullah?”. Dia menjawab, (Saya akan bertindak) sesuai dengan Sunnah Rasulullah Sallallaahu Alaihi Wasallam”. Beliau bertanya lagi, “(Apa yang akan engkau lakukan) jika ianya tidak ada satu petunjuk di dalam Sunnah Rasulullah Sallallaahu Alayhi Wasallam dan di dalam Kitabullah?”. Dia menjawab, ” Saya akan melakukan yang terbaik untuk membuat satu keputusan dan saya tidak akan menambahkan usaha. Rasulullah Sallallaahu Alaihi Wasallam memeluknya seraya berkata, “Segala puji bagi Allah yang telah menolong utusannya untuk menemukan sesuatu yang menyukakan hati utusan Allah. (Abu Dawud)
Ketika Rasulullah Sallallaahu Alayhi Wasallam mengirim nya (Mu’adh) ke Yaman Beliau SAW, berkata, “Berhati-hatilah dari kehidupan yang bermewah-mewahan bagi seorang hamba Allah tidak boleh hidup bermewah-mewahan.” (Mishkaat)
Selamat Membaca dan semoga kita bisa mengambil hikmah dari pesan2 penuh cinta di atas.
0 komentar:
Posting Komentar