SEBELUM AJAL TIBA
Jika ingin selamat dalam
kehidupan dunia ini, jauhilah dosa, baik yang terang-terangan maupun yang
tersamar. Janganlah beristighfar atas dosa tersebut, lalu kembali melakukannya.
Perumpamaan orang yang banyak melakukan istighfar, tetapi masih mengulangi
dosa-dosanya, seperti orang yang banyak minum obat, tetapi juga sering meminum
racun. Nasihatilah dia dengan berkata,”Bisa jadi sebelum meminum obat, engkau
sudah keburu mati lebih dahulu. Bisa jadi ajal datang setelah engkau berbuat
dosa, padahal engkau belum sempat bertobat. Sehingga engkau pun mati dalam
kondisi maksiat dan berdosa. Sungguh, ini adalah bahaya besar….”
Siapa pun yang enggan meninggalkan perbuatan terlarang, percuma ia melakukan kewajiban-kewajiban. Ibarat orang yang sakit, selama ia tidak menahan diri dari makanan yang dilarang dan tidak melakukan diet, percuma ia meminum obat. Ibarat orang yang membersihkan pakaiannya, sementara ia jatuhkan dirinya ke dalam kubangan lumpur. Mana mungkin pakaiannya bisa bersih?
Dalam pandangan mereka yang memiliki ketajaman hati dan mereka yang warak, dosa itu ibarat bangkai yang dimakan anjing. Bagaimana pendapatmu, bila engkau melihat seseorang sedang menggigit bangkai tersebut? Tidakkah engkau merasa jijik dan risih?
Demikian halnya kondisi orang yang melakukan dosa dan tidak bertobat, seperti orang yang sedang menggigit bangkai kotor dan menjijikan! Kalau orang yang berpakaian kotor saja tidak pantas untuk duduk bersama Raja dan para orang terhormat, bagaimana halnya dengan orang yang bermulut kotor dan najis? Pantaskah ia menghadap Tuhan, Sang Maha Suci? Apakah orang yang najis karena “memakan bangkai” layak bermunajat kepada Allah?
Demikian halnya dengan dirimu. Engkau “menghampiri” Allah dalam keadaan kotor karena maksiat. Engkau memakan, melihat dan melakukan sesuatu yang haram, serta menyembunyikan keburukan. Tapi engkau menganggap dirimu sudah sampai kepada Tuhan? Anggapan yang sangat salah.
Orang yang melakukan penyimpangan, terjerumus dalam dosa dan mengerjakan perbuatan terlarang berarti telah menganiaya kalbunya sendiri, mengotori jiwanya dan mengurangi kadar keimanannya.
Wahai Saudaraku, ketika engkau tidak bertobat dalam kondisi sehat, mungkin Allah akan mengujimu dengan berbagai penyakit dan musibah agar bersih dari dosa. Itu ibarat pakaian yang dicuci dengan air dan disetrika dengan listrik. Dengan begitu diharapkan pakaian tadi terbebas dari kotoran, serta kembali bersih dan suci.
Nabi SAW bersabda,”Sesungguhnya Allah akan menguji kalian dengan ujian sebagaimana halnya kalian menguji emas dengan api. Ada yang berupa emas murni, begitulah kondisi orang yang terlindung dari syubhat. Tetapi ada juga yang ternyata hanya berupa tembaga, itulah orang yang gagal menerima ujian.” (HR. al-Thabrani)
Keimanan yang tertanam dalam kalbu ibarat pohon rindang yang tertancap di tanah. Jika tidak mendapatkan pengairan dan pupuk yang cukup, lalu ditimpa panas dan kekeringan, serta diterpa hama tanaman, maka pohon tersebut menjadi kering dan daunnya berguguran. Sehingga ia pun hanya bisa dipakai untuk kayu bakar.
Begitu pula dengan pohon keimanan. Apabila terputus dari perbuatan taat dan amal saleh, lalu ia diterpa angin dosa dan maksiat, pohon keimanan itupun akan mengering, tak bisa berproduksi, tidak kokoh, atau malah akan mati dan musnah. Karena itu, siapa hendak melaksanakan kewajiban agama, ia harus meninggalkan semua perbuatan yang terlarang serta menutup pintu dosa dan maksiat.
Siapa yang meninggalkan sesuatu yang makruh akan dibantu meraih berbagai kebaikan. Sedangkan siapa meninggalkan yang mubah, Allah akan membukakan pintu ketaatan, menolongnya dalam mengerjakan kewajiban, memberinya kelapangan, membukakan peluang baginya merasakan kehadiran Tuhan, dan mencerahkan cahaya keimanan dalam kalbunya. Semua itu akan tampak pada seluruh anggota badannya, gerakan jiwanya, ucapan lisannya serta tanda-tanda keimanan terpantul jelas dari raut wajahnya. Orang yang dipersiapkan mendapat kedudukan mulia, Allah tak rela bila ia duduk di temat sampah.
Al-Nu’man ibn Basyir ra. Mendengar Nabi SAW bersabda,”Yang halal itu jelas, demikian juga yang haram. Antar keduanya terdapat syubhat yang tak diketahui oelh sebagian besar orang. Siapa yang meninggalkan syubhat, maka ia seperti penggembala yang memelihara ternaknya di sekitar tempat terlarang, besar kemungkinan ia terjerumus di dalamnya. Ketahuilah, bahwa setiap Raja memiliki wilayah-wilayah terlarang, dan wilayah terlarang milik Allah adalah semua yang diharamkan. Sesungguhnya dalam diri manusia terdapat segumpal daging. Jika segumpal daging itu baik, semua anggota badannya akan menjadi baik. Tetapi jika segumpal daging itu rusak, rusak semua anggota badannya.” (HR. al-Bukhari).
Ketahuilah, bahwa yang bisa membuatmu malu pada hari kiamat nanti adalah harta yang kau peroleh lewat cara haram atau kau belanjakan pada sesuatu yang haram. Sungguh, yang dikhawatirkan pada dirimu kalau engkau melakukan perbuatan dosa terus-menerus, sehingga Allah membinasakan mereka secara berangsur-angsur (istidraj’).
Kami membinasakan mereka secara berangsur-angsur dengan cara yang tidak mereka ketahui ( QS. Al-A’raf : 182 )
Wahai manusia yang mengaku beriman, bertakwalah pada Allah dan jagalah agamamu seperti engkau menjaga pendengaran dan penglihatanmu. Jauhilah dosa sebagaimana engkau menjauhi penyakit yang mematikan dan bakteri yang membinasakan. Janganlah engkau mendekat kepadanya, lalu mengandalkan tobat. Sebab, menjaga diri lebih baik daripada mengobati.
Bisa jadi Allah menjatuhkanmu pada perbuatan dosa untuk tujuan mengeluarkan benih kesombongan dan ujub dari dirimu. Sebab, adakalanya seseorang melakukan sholat dua rakaat, kemudian dia mengandalkan sholatnya itu lalu muncul perasaan ujub, merasa diri paling shaleh. Atau adakalanya ia berhaji ke Baitullah, lalu merasa yakin dengan hajinya tersebut. Inilah kebaikan berbingkai kejahatan. Sebaliknya, bisa jadi seseorang terperosok ke dalam perbuatan dosa, kemudian ia merasa hina, muncul rasa bersalah, lalu ia pun bertobat, sebenar-benarnya tobat. Inilah kejahatan berbingkai kebaikan.
Siapa pun yang enggan meninggalkan perbuatan terlarang, percuma ia melakukan kewajiban-kewajiban. Ibarat orang yang sakit, selama ia tidak menahan diri dari makanan yang dilarang dan tidak melakukan diet, percuma ia meminum obat. Ibarat orang yang membersihkan pakaiannya, sementara ia jatuhkan dirinya ke dalam kubangan lumpur. Mana mungkin pakaiannya bisa bersih?
Dalam pandangan mereka yang memiliki ketajaman hati dan mereka yang warak, dosa itu ibarat bangkai yang dimakan anjing. Bagaimana pendapatmu, bila engkau melihat seseorang sedang menggigit bangkai tersebut? Tidakkah engkau merasa jijik dan risih?
Demikian halnya kondisi orang yang melakukan dosa dan tidak bertobat, seperti orang yang sedang menggigit bangkai kotor dan menjijikan! Kalau orang yang berpakaian kotor saja tidak pantas untuk duduk bersama Raja dan para orang terhormat, bagaimana halnya dengan orang yang bermulut kotor dan najis? Pantaskah ia menghadap Tuhan, Sang Maha Suci? Apakah orang yang najis karena “memakan bangkai” layak bermunajat kepada Allah?
Demikian halnya dengan dirimu. Engkau “menghampiri” Allah dalam keadaan kotor karena maksiat. Engkau memakan, melihat dan melakukan sesuatu yang haram, serta menyembunyikan keburukan. Tapi engkau menganggap dirimu sudah sampai kepada Tuhan? Anggapan yang sangat salah.
Orang yang melakukan penyimpangan, terjerumus dalam dosa dan mengerjakan perbuatan terlarang berarti telah menganiaya kalbunya sendiri, mengotori jiwanya dan mengurangi kadar keimanannya.
Wahai Saudaraku, ketika engkau tidak bertobat dalam kondisi sehat, mungkin Allah akan mengujimu dengan berbagai penyakit dan musibah agar bersih dari dosa. Itu ibarat pakaian yang dicuci dengan air dan disetrika dengan listrik. Dengan begitu diharapkan pakaian tadi terbebas dari kotoran, serta kembali bersih dan suci.
Nabi SAW bersabda,”Sesungguhnya Allah akan menguji kalian dengan ujian sebagaimana halnya kalian menguji emas dengan api. Ada yang berupa emas murni, begitulah kondisi orang yang terlindung dari syubhat. Tetapi ada juga yang ternyata hanya berupa tembaga, itulah orang yang gagal menerima ujian.” (HR. al-Thabrani)
Keimanan yang tertanam dalam kalbu ibarat pohon rindang yang tertancap di tanah. Jika tidak mendapatkan pengairan dan pupuk yang cukup, lalu ditimpa panas dan kekeringan, serta diterpa hama tanaman, maka pohon tersebut menjadi kering dan daunnya berguguran. Sehingga ia pun hanya bisa dipakai untuk kayu bakar.
Begitu pula dengan pohon keimanan. Apabila terputus dari perbuatan taat dan amal saleh, lalu ia diterpa angin dosa dan maksiat, pohon keimanan itupun akan mengering, tak bisa berproduksi, tidak kokoh, atau malah akan mati dan musnah. Karena itu, siapa hendak melaksanakan kewajiban agama, ia harus meninggalkan semua perbuatan yang terlarang serta menutup pintu dosa dan maksiat.
Siapa yang meninggalkan sesuatu yang makruh akan dibantu meraih berbagai kebaikan. Sedangkan siapa meninggalkan yang mubah, Allah akan membukakan pintu ketaatan, menolongnya dalam mengerjakan kewajiban, memberinya kelapangan, membukakan peluang baginya merasakan kehadiran Tuhan, dan mencerahkan cahaya keimanan dalam kalbunya. Semua itu akan tampak pada seluruh anggota badannya, gerakan jiwanya, ucapan lisannya serta tanda-tanda keimanan terpantul jelas dari raut wajahnya. Orang yang dipersiapkan mendapat kedudukan mulia, Allah tak rela bila ia duduk di temat sampah.
Al-Nu’man ibn Basyir ra. Mendengar Nabi SAW bersabda,”Yang halal itu jelas, demikian juga yang haram. Antar keduanya terdapat syubhat yang tak diketahui oelh sebagian besar orang. Siapa yang meninggalkan syubhat, maka ia seperti penggembala yang memelihara ternaknya di sekitar tempat terlarang, besar kemungkinan ia terjerumus di dalamnya. Ketahuilah, bahwa setiap Raja memiliki wilayah-wilayah terlarang, dan wilayah terlarang milik Allah adalah semua yang diharamkan. Sesungguhnya dalam diri manusia terdapat segumpal daging. Jika segumpal daging itu baik, semua anggota badannya akan menjadi baik. Tetapi jika segumpal daging itu rusak, rusak semua anggota badannya.” (HR. al-Bukhari).
Ketahuilah, bahwa yang bisa membuatmu malu pada hari kiamat nanti adalah harta yang kau peroleh lewat cara haram atau kau belanjakan pada sesuatu yang haram. Sungguh, yang dikhawatirkan pada dirimu kalau engkau melakukan perbuatan dosa terus-menerus, sehingga Allah membinasakan mereka secara berangsur-angsur (istidraj’).
Kami membinasakan mereka secara berangsur-angsur dengan cara yang tidak mereka ketahui ( QS. Al-A’raf : 182 )
Wahai manusia yang mengaku beriman, bertakwalah pada Allah dan jagalah agamamu seperti engkau menjaga pendengaran dan penglihatanmu. Jauhilah dosa sebagaimana engkau menjauhi penyakit yang mematikan dan bakteri yang membinasakan. Janganlah engkau mendekat kepadanya, lalu mengandalkan tobat. Sebab, menjaga diri lebih baik daripada mengobati.
Bisa jadi Allah menjatuhkanmu pada perbuatan dosa untuk tujuan mengeluarkan benih kesombongan dan ujub dari dirimu. Sebab, adakalanya seseorang melakukan sholat dua rakaat, kemudian dia mengandalkan sholatnya itu lalu muncul perasaan ujub, merasa diri paling shaleh. Atau adakalanya ia berhaji ke Baitullah, lalu merasa yakin dengan hajinya tersebut. Inilah kebaikan berbingkai kejahatan. Sebaliknya, bisa jadi seseorang terperosok ke dalam perbuatan dosa, kemudian ia merasa hina, muncul rasa bersalah, lalu ia pun bertobat, sebenar-benarnya tobat. Inilah kejahatan berbingkai kebaikan.
( Tutur Penerang Hati -
Ibnu Atha'illah )